KUNJUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM, KEMENTERIAN AGAMA R.I. DALAM ACARA PERTEMUAN PIAT PUSAT & CABANG KE 9 .

Majalengka, 30 Juni 2025 — Suasana hangat dan penuh semangat keilmuan mewarnai hari kedua dalam Pertemuan ke-9 Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran (PIAT) Pusat dan Cabang yang digelar di kompleks PIAT2 Majalengka, Jawa Barat. Momentum bersejarah ini semakin istimewa dengan kehadiran tokoh penting dari Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr. H. Mahrus, M.Ag, selaku Kepala Subdirektorat Ma’had Aly, Direktorat Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI.

Kedatangan beliau disambut hangat oleh para pimpinan, kepala unit dan asatidz PIAT dari seluruh cabang. Dalam sambutannya, Dr. Mahrus membawakan materi yang menggugah dan membuka cakrawala baru mengenai peta besar pendidikan pesantren di Indonesia.

Beliau memulai dengan sejarah panjang pesantren di Nusantara yang telah menjadi pilar utama dalam menjaga keutuhan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah di tengah dinamika zaman. “Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia yang  صالح لكل زمان ومكان (relevan di setiap ruang dan waktu),” tegas beliau, seraya menekankan pentingnya pesantren tetap adaptif terhadap perubahan global tanpa kehilangan jati diri.

Beliau menyampaikan pandangan unik tentang perbedaan antara pesantren Al-Irsyad dan pesantren berafiliasi Nahdlatul Ulama (NU). “Al-Irsyad memiliki karakteristik tersendiri — lebih rasional dalam pendekatan, sistematis dalam manhaj, dan cenderung mengedepankan purifikasi akidah. Sementara pesantren NU, dengan kekayaan tradisi keilmuan dan spiritualitasnya, menampilkan wajah Islam yang khas dengan basis tasawuf dan amaliyah,” ungkap beliau dengan penuh apresiasi.

Namun demikian, beliau menegaskan bahwa kedua model ini saling melengkapi dan berkontribusi besar dalam merawat keberagaman Islam Indonesia. “Perbedaan itu bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk menunjukkan keluasan khazanah Islam yang ada di negeri ini,” tambah beliau.

Dr. Mahrus juga memaparkan perkembangan Ma’had Aly di Indonesia, yang kini telah mencapai 90 institusi resmi yang tersebar di berbagai pesantren. Beliau menguraikan jenis-jenis Ma’had Aly beserta kekhususan bidang keilmuan yang dikembangkan, dari tafsir, hadits, fiqh, hingga pemikiran Islam kontemporer.

Tak hanya itu, beliau juga menyinggung model-model pendidikan di madrasah dan pesantren, termasuk madrasah berbasis SKS berjumlah 64 yang memberi fleksibilitas belajar tanpa kehilangan kualitas. Dalam konteks ini, beliau menyebutkan pula tentang keberadaan Majelis Masyayikh, yang kini berperan penting dalam menjaga mutu dan otoritas keilmuan di pesantren, termasuk dalam mengawal standardisasi kurikulum Ma’had Aly.

Beliau turut memberikan apresiasi terhadap MAPK (Madrasah Aliyah Program Keagamaan) dan MAN Insan Cendekia, sebagai contoh konkret penggabungan kekuatan ilmu keislaman dan sains modern. “Pesantren dan madrasah harus terus bersinergi agar mampu mencetak generasi yang faqih fid-din dan unggul dalam sains serta teknologi,” tambah beliau.

Kunjungan ini menjadi penyemangat baru bagi keluarga besar PIAT untuk terus berbenah dan berinovasi. Dalam penutupan sambutannya, Dr. Mahrus berpesan agar PIAT tetap teguh dengan prinsip tauhid, ukhuwah, dan dakwah: “Kalian adalah bagian dari mata rantai emas pendidikan Islam yang harus terus menyala, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk dunia.”

Acara ini ditutup dengan makan bersama kemudian pemberian kenang-kenangan dari PIAT2 Majalengka kepada Dr. Mahrus, sebagai simbol ukhuwah dan apresiasi atas kehadiran dan inspirasinya. Kunjungan ini menjadi salah satu tonggak penting dalam penguatan visi besar PIAT2 Majalengka menuju Pesantren Islam yang unggul dan mendunia.

*Humas & Dakwah PIAT2 Majalengka

Tinggalkan Balasan