Ringkasan Penting Kajian Syeikh. DR. Ihab Nadir Ali Musa hafidzuhulloh
Jum’at, 11 Agustus 2023 Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran 2 Majalengka (PIAT2) kedatangan tamu spesial, beliau adalah Syeikh DR. Ihab Nadir Ali Musa, seorang akademisi palestina, sekarang beliau sebagai dosen/pengajar tetap di Fakultas Tarbiyah bagian Kebudayaan Islam, Universitas Ha’il-Saudi Arabia. Dalam kunjungannya ke Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran 2 Majalengka (PIAT2) beliau menjadi Khatib Jum’at di Masjid As-Salam PIAT2, setelahnya beliau memberikan kajian kepada para seluruh civitas PIAT2 Majalengka dengan tema: ”Adab-adab Seorang Pendidik/Pengajar”. Beliau mengawali kajiannya dengan salam, basmallah dan sholawat kepada Nabi ﷺ, kemudian beliau menerangkan Keutamaan Ilmu dan Orang Yang Berilmu, sebagai berikut:
Orang yang berilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya ia memiliki kedudukan yang mulia, tinggi dibanding dengan orang yang tidak berlimu, sebagaimana dalam QS. Az-Zumar, Allah brfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ… ٩
“Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9).
Orang berilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu hurairah Radiyallohu’anhu:
“Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar.” HR. Muslim No. 2699).
Orang berilmu juga memiliki kedudukan khusus di hadapan Allah ta’ala, seperti di hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat, Muawiyah bin Abi Syufyan berikut ini:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
(رواه البخاري).
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah pahamkan atasnya perihal agama.” (HR. Bukhori).
Selanjutnya beliau menyampaikan setidaknya 11 point penting tentang ”Adab-adab Seorang Pendidik” beserta dalilnya, sebagai berikut:
1. إخلاص النية (Niat ikhlas): Seorang pendidik harus memiliki niat yang ikhlas dalam mendidik untuk mencari keridhaan Allah. Dalilnya:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ …
“Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah, 98:5)
2. صفة التواضع (Sifat tawadhu’): Seorang pendidik harus memiliki sifat rendah hati/ tawadhu’ dalam mengamalkan ilmunya. Dalilnya:
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR Muslim).
3.الحسنة أخلاق (Akhlak yang Mulia): Sebagaimana Nabi ﷺ yang meiliki akhlak yang mulia, maka tentunya seroang pendidik harus memiliki akhlak yang mulia supaya supaya menjadi teladan oleh peserta didiknya. Dalilnya:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
4. بالصوت مرتفع والتكرار (Dengan suara yang keras dan mengulang-ulang); Hendaknya seorang pendidik ketika mengajarkan sesuatu dengan suara yang lantang & mengulang-ulang penjelasan/pelajaran sampai 3 kali sehingga benar-benar jelas dan dapat difahami oleh peserta didik. Sebagaimana Rasululloh ﷺ mengajarkan kepada para sahabatnya:
وذكر حديث عن أنس, أن النبي ﷺ: “كان إذا تكلم بكلمة أعادها ثلاثًا، حتى
…..تُفهم عنه
( رواه البخاري)
Bahwasanya Rasululloh ﷺ jika menyampaikan sesuatu dengan mengulangnya 3 kali, supaya difahami oleh yang lainnya…..(HR. Bukhori).
5. ) عدم إعطاء الطويل في النصيحة/العلمTidak sering menyampaikan nasihat(; Hendaknya seorang pendidik tidak terlalu banyak ketika menyampaikan ilmu, dikarenakan bisa menimbulkan kebosanan bagi peserta didiknya. Dalilnya:
حديث الذي رواه ابن مسعود: كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَتَخَوَّلُنا بالمَوْعِظَةِ في الأيَّامِ، كَراهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنا
(متفق عليه).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabaat, Ibnu Mas’ud radiallohu’anhu beliau berkata, bahwasanya Rasululloh ﷺ beliau ketika menyampaikan nasihat, tidak sering menyampaikannya dikhwatirkan bosan dengan nasihat Rasululloh ﷺ.
6. أجب الأسئلة بمزيد من الإجابات (Menjawab pertanyaan dengan jawaban yang lebih); Seorang pendidik yang profesional tentunya memiliki ilmu yang mumpuni yang bisa lebih menjelaskan untuk menjawab pertanyaan ygang diajukan oleh muridnya. Hal ini sebagaiman Nabi ﷺ menjawab lebih dari apa yang ditanyakan oleh Sahabatnya: Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ada seseorang yang berkata pada Rasulullah ﷺ..
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ مِنَ الثِّيَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ يَلْبَسُ الْقُمُصَ وَلاَ الْعَمَائِمَ وَلاَ السَّرَاوِيلاَتِ وَلاَ الْبَرَانِسَ وَلاَ
……..الْخِفَافَ ، إِلخ
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan oleh orang yang sedang berihram (haji atau umrah)?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengenakan kemeja, sorban, celana panjang kopiah dan sepatu…….. (HR. Bukhari no. 1542).
7. إعطاء أسئلة للطلاب (Memberikan soal kepada murid); Hendaknya seorang guru melempar pertanyaan kepada muridnya supaya bisa mengidentifikasi dan menguji, apakah murid tersebut sudah faham atau belum?. Sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Abbas dalam sebuah hadits, ketika Rasululloh ﷺ memberikan pertanyaan tentang sebuah pohon yang tidak pernah jatuh daunnya yang diumpamakan dengan seorang muslim (Jawabannya adalah pohon kurma).
8. عرض تقديمي بلغة سهلة الفهم (Dengan penyampaia bahasa yang mudah difahami); Dalam proses pengajaran hendaknya seorang pendidik menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah difahami oleh muridnya supaya tidak salah faham tentang apa yang disampaikan oleh gurunya. Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ali’ bin Abi Thalib dalam kitab Sohih Bukhori:
Dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata:
جَاء عَنْ عَليِ رَضِيَ اللهُ عَنهُ، أَنّهُ قَال: حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُوْن أَتُحِبُّوْنَ أَنْ يُكَذِّبَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ ؟
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Apakah kamu suka Allah dan Rasul-Nya di dustakan?” (HR. Bukhori).
9. تخصيص الوقت للرجال والنساء )Mengkhususkan waktu ta’lim untuk wanita dan laki-laki(; Yang perlu diperhatikan juga oleh seorang pendidik adalah membagi waktu ta’limnya, khusus untuk kajian laki-laki dan khusus untuk kajian wanita. Hal tersebut pernah dilakukan oleh Rasululloh ﷺ dengan mengkhususkan kajian khusus Sahabat atau Sahabiyat. Karena setiap muslim juga, baik itu perempuan ataupun laki-laki wajib untuk menuntut ilmu. Sebagaimana Rasululloh ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224).
10. خشية الله (Takut kepada Alloh yang diiringi dengan ilmu); Termasuk hal yang penting bagi seorang pendidik adalah, dia selalu merasa takut kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya seorang ulama/pendidik yang sejati adalah bukan mereka yang punya banyak ilmu tapi seorang yang takut kepada Allah dengan ilmu. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Fathir, ayat 8:
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ ٢٨
”Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”
11. Dan yang terakhir adalah قل ألله أعلم (Katakanlah: Saya tidak tahu); Hendaknya seorang pendidik tidak malu/ gengsi untuk mengatakan ’Saya tidak tahu’ jika memang belum mengetahui ilmunya. Maka janganlah menjawab yang engkau tidak ketahui karena jika menjawab dengan yang engkau tidak ketahui (Berdusta), bisa memasukan engkau kedalam neraka. Ulama salaf pun mengajarkan kita تعلم لا أدري (Belajarlah untuk mengatakan saya tidak tahu).
Salahsatu contoh teladan dari ulama salaf, yaitu Imam Malik (إمام دار الهجرة) yang yang tidak malu berkata ’Saya tidak tahu’ ketika beliau diberikan 40 pertanyaan kepadanya. Beliau hanya menjawab 4 pertanyaan saja, adapun 36 pertanyaan lainnya beliau berkata; ”Wallohu’alam dan Saya Tidak Tahu”.
Semua adab di atas adalah pedoman penting dan wajib dimiliki bagi seorang pendidik untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa secara islami. Semoga setiap pendidik mampu menginternalisasi dan menerapkan prinsip-prinsip adab tersebut dengan tulus dan konsisten dalam setiap aspek kehidupan dan pekerjaannya sebagai pendidik. Wallahu’alam bisshowwab…
أسأل الله تعالى لي ولكم العلم النافع والعمل الصالح، والهدى والسداد والثبات على الإسلا والسنةإلى أن نلقي الله. وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله
……..وأصحابه أجمعين. آمين
Oleh,
Muhammad Abdul Aziz
(Pengajar di Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran 2 Majalengka (PIAT2).